Motivasi dalam organisasi
Lima fungsi utama manajemen adalah
planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. Pada pelaksanaannya,
setelah rencana dibuat (planning), organisasi dibentuk (organizing), dan
disusun personalianya (staffing), maka langkah berikutnya adalah menugaskan/mengarahkan
karyawan menuju ke arah tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan
(leading) ini secara sederhana adalah membuat para karyawan melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Memotivasi karyawan
merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam fungsi ini. Kemampuan
manajer untuk memotivasi karyawannya akan sangat menentukan efektifitas
manajer. Manajer harus dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan
kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat.
Berbagai istilah digunakan untuk
menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need),
desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan
digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi menunjuk kepada sebab, arah,
dan persistensi perilaku. Kita bicara mengenai penyebab suatu perilaku ketika
kita bertanya tentang mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara mengenai
arah perilaku seseorang ketika kita menanyakan mengapa ia lakukan suatu hal
tertentu yang mereka lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika kita
bertanya keheranan mengapa ia tetap melakukan hal itu (Berry, 1997).
Suatu organisme (manusia/hewan) yang dimotivasi akan terjun ke dalam suatu
aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien daripada yang tanpa dimotivasi.
Selain menguatkan organisme itu, motivasi cenderung mengarahkan perilaku (orang
yang lapar dimotivasi untuk mencari makanan untuk dimakan; orang yang haus,
untuk minum; orang yang kesakitan, untuk melepaskan diri dari
stimulus/rangsangan yang menyakitkan (Atkinson, Atkinson, & Hilgard, 1983).
Sampai pada abad 17 dan 18, para pakar
filsafat masih berkeyakinan bahwa konsepsi rasionalisme merupakan konsep
satu-satunya yang dapat menerangkan tindakan-tindakan yang dilakukan manusia.
Konsep ini menerangkan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan intelek yang
menentukan tujuan dan melakukan tindakannya sendiri secara bebas berdasarkan
nalar atau akalnya. Baik-buruknya tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat
tergantung dari tingkat intelektual orang tersebut. Pada masa-masa berikutnya,
muncul pandangan mekanistik yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
manusia timbul dari adanya kekuatan internal dan eksternal, diluar kontrol
manusia itu sendiri. Hobbes (abad ke-17) mengemukakan doktrin hedonisme-nya
yang menyatakan bahwa apapun alasan yang diberikan oleh seseorang atas perilakunya,
sebab-sebab terpendam dari semua perilakunya itu adalah adanya kecenderungan
untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.
Teori Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam
diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya,
baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian
tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi kegiatan;
2. Frekuensi kegiatan;
3. Persistensi pada kegiatan;
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan
kesulitan;
5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan;
8. Arah sikap terhadap
sasaran kegiatan.
Untuk memahami tentang motivasi, kita
akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan);
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);
3. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG);
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor);
5. Teori Keadilan;
6. Teori penetapan tujuan;
7. Teori Victor H. Vroom (teori Harapan);
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber :
Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus
Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167)1. Teori Abraham H. Maslow (Teori
Kebutuhan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar